Kamis, 28 Januari 2010

Pesan Moral Sebuah Film

Apa yang anda pikirkan ketika hendak ke bioskop?
Seorang teman berceritera tentang alasannya menonton film di bioskop. Ketika dia mempunyai masalah dalam dirinya, mungkin ada ketidaktenangan dalam jiwanya, lalu untuk itulah dia melangkahkan kakinya menuju bioskop terdekat. Dia belum punya pilihan bakal menonton film apa. Yang dia cari adalah film kolosal. Biasanya film kolosal adalah film peperangan yang melibatkan banyak figuran. Kalau di bioskop tidak ada film kolosal, maka pilihannya jatuh kepada film cinta romantis. Alasan lainnya menonton film adalah karena film tersebut banyak dibuahbibirkan lantaran terdapat kontroversi di masyarakat. Banyak yang suka dan tidak suka terhadap film tersebut.

Lantas, bagaimana dengan anda? Apa alasan anda menonton film?
Tentu alasannya sangat berbeda dengan teman saya yang saya ceritakan di atas. Mungkin saja sebagai wahana pacaran. Ada cerita tentang teman saya yang lain. Perginya ke bioskop tak lain dan tak bukan karena ingin berduaan dengan pacarnya - meski sebenarnya di dalam bioskop dia tidak hanya berdua, melainkan bersama-sama dengan penonton lain. Setelah pulang dari bioskop, saya bertanya film apa yang kamu tonton? Dia menjawab film "X". Tapi ketika saya bertanya kepada pacarnya, film apa yang kamu tonton? Dia menjawa film "Z". Nah loh? jadi sebenarnya film apa yang mereka nonton? Apa judul filmnya yang mereka tidak ingat, atau filmnya sendiri tidak penting. Yang penting suasana temaramnya.

Sebagian alasan di atas mungkin menjadi salah satu alasan kita menonton film. Mencari hiburan sepertinya yang menjadi ranking pertama alasan kita. Tetapi terlepas dari itu, pernahkah kita mendapatkan sebuah pencerahan setelah menonton film?

Pesan Moral
Film sebagai produk budaya dan teknologi tinggi, mempunyai hak untuk mendapat apresiasi yang lebih dari sekedar media hiburan semata. Seputar tema, issu, teknologi, inovasi dan kreasi. Juga hal lainnya yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan film tersebut.

Suatu hari saya dan beberapa teman mendapat tiket gratis menonton film dari sebuah bank. Kalau masalah gratisan begini pastinya kami langsung meresponnya tanpa pikir panjang. Waktu itu film yang diputar adalah film berjudul “One Night at The Museum”. Filmnya lucu. Kami menemukan kebahagiaan di sana. Pertama karena mendapat tiket gratis meski film lama. Kedua, dapat makanan ringan sebelum menonton. Ketiga, dapat doorprize setelah menonton. Keempat, dan mungkin ini yang utama saat seorang teman mengingat dengan baik salah satu dialog dalam film tersebut “kunci kebahagiaan adalah melakukan apa yang kau sukai bersama orang yang kau cintai”. Sebuah pesan moral dan ide pokok yang ingin disampaikan pembuatnya di film tersebut.

Biasanya, film-film yang baik dan bermutu tentunya, mengandung sebuah pesan moral yang diselipkan di berbagai atau salah satu elemennya. Seperti film yang dibicarakan di atas, pembuatnya menyelipkannya pada dialog salah satu karakter di film itu. Ada juga film yang menyelipkannya dalam bahasa gambar, suara (dialog, atmosfir, sound effect), ada yang secara terang-terangan mengungkapkannya di judul dan tagline, ada juga yang menurut penafsirannya sendiri.

Film-film bertema roman percintaan biasanya mengandung pesan “cinta tidak memandang status sosial”. Seperti di film “Titanic”, “Cinderella”, Beauty & The Beast”, “Ever After”, “Ayat-ayat Cinta”, banyak film India, dan sebagainya.

Dalam film-film laga (aksi), biasanya mengandung pesan bahwa kebenaran akan menang melawan kejahatan. Tentunya dengan perjuangan keras dan gigih. Tentang perjuangan individu dan kelompok ini akan kita bahas di artikel yang lain.

Nah, untuk mengapresiasi film, coba kita menonton sebuah film lalu mencari apa yang menjadi pesan moral dalam film tersebut.

Selasa, 26 Januari 2010

Mise en scene

Istilah ini dari bahasa Perancis dan populer dalam dunia teater yang secara harfiah bermakna "meletakkan dalam adegan". Dalam dunia film, istilah ini digunakan untuk menggambarkan apa yang ada dalam frame sebuah shot. Melingkupi elemen:

Set dan Properti
• Kostum dan Tata Rias (make-up)
• Bahasa tubuh dan ekspresi wajah
• Pencahayaan dan warna
• Pergerakan kamera dan Editing (Montage)
• Suara (Sound)


Semasa kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) jurusan film, dosen saya memberikan pengertian tentang istilah ini sebagai: "Sebuah kontrol sutradara terhadap apa yang ada dalam frame". Frame yang dimaksudkan tentu saja bukan frame/bingkai foto, tetapi frame (pembingkaian) dalam sebuah shot. Karena bahasa film ini diolah oleh sutradara, maka mise en scene (baca: mis ang sin) bisa kita istilahkan juga sebagai "PENGADEGANAN". Yaitu konsep sutradara terhadap set, properti, pemain, dan seterusnya itu, dalam penafsirannya hingga transformasi skenario menjadi sebuah film yang utuh. Menjadi sebuah karya sinematografi yang memberikan impresi ruang sesuai bahasa film. Sebuah bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa teks, bahasa oral, bahasa panggung (teater), maupun bahasa lainnya.

Kombinasi berbagai elemen ini, tentu dengan pembingkaian shot akan mengarahkan penonton untuk melihat apa yang harus dilihatnya, sehingga dapat merasa apa yang perlu dirasakannya.

Penempatan elemen baik untuk dimasukkan atau dibuang dalam frame bisa membuat perbedaan makna yang sangat besar untuk pengertian yang akan kita dapatkan tentang adegan dalam film itu dan perasaan apa yang seharusnya kita rasakan.

Contoh sederhana, di sebuah taman ada anak-anak dan ada pohon besar. Bila kita menambahkan shot itu dengan sebuah burung pemakan bangkai juga kilat yang menyambar-nyambar di kegelapan malam, apalagi ditambah ekspresi wajah anak yang ketakutan dan ilustrasi musik yang mencekam, akan sangat berbeda impresinya bila kita mengambil adegan itu di siang hari dengan burung-burung yang bernyanyi, ekpresi anak yang riang gembira disertai ilustrasi musik bernuansa ceria.

Jenis Shot/Tipe Shot (Type Shot)

Sebuah SHOT secara teknis adalah aktivitas syuting saat mulai merekam gambar (CAMERA ON) sampai dihentikan (CAMERA OFF). Setelah menjadi film utuh, sebuah SHOT bermakna sebuah gambar utuh tanpa diinterupsi dengan gambar lain. Berikut jenis-jenis shot dalam pengertiannya yang sederhana.

Long Shot (LS)- menampilkan latar belakang, menetapkan di mana subyek berada.

Mid Shot / Medium Shot (MS) — menampilkan separuh badan seseorang dan sedikit latar belakang.

Close-Up (CU)
— menampilkan gambar kepala hingga bahu, biasanya digunakan untuk menunjukkan emosi karakter. Menarik perhatian kita untuk menyimak sebuah objek.

Point-of-view Shot (POV) - membantu kita untuk melihat aksi dari sudut pandang karakter dan dengan demikian kita berempati kepada karakter tersebut.

High angle shot - kamera dari atas melihat ke bawah pada orang / objek, membuat mereka tampak rentan.

Low Angle Shot - kamera menengadah pada seseorang / sesuatu, membuat mereka tampak kuat/besar.

Camera Movement (Gerakan Kamera)

Sebuah gerakan kamera biasa digunakan untuk membimbing penonton kepada sesuatu obyek tertentu. Gerakan kamera meliputi:

Panning shot, di mana kamera bergerak perlahan-lahan dari sisi ke sisi (kanan atau kiri) dalam titik sumbu yang tetap. Pan Right dan Pan Left.

Tilt shot, di mana kamera bergerak naik atau turun dari sumbu tetap.
Crane shot, di mana kamera dipasang pada derek (Crane), bergerak di sekitar pada jarak di atas permukaan tanah.

Tracking shot, gerakan kamera mengikuti tindakan, bergerak sepanjang rel yang ditetapkan untuk tujuan itu, sering menarik mundur atau mendorong maju dari sebuah adegan.

Hand held, teknik kamera yang dipanggul oleh seorang operator kamera (kameramen). Teknik ini sering digunakan untuk menunjukkan rasa keaslian yang lebih besar, misalnya dapat digunakan untuk memberikan 'saksi mata' terhadap sebuah situasi, terkait dengan sudut pandang karakter tertentu.

Senin, 25 Januari 2010

Kenapa harus ber-Teater?

Banyak budayawan yang meyakini bahwa salah satu penyebab berkurangnya budi pekerti pada anak didik bahkan orangtua akhir-akhir ini adalah karena kurang mengenal budayanya sendiri.

Teater sebagai produk kebudayaan, pada hakikatnya memang mengajarkan tentang “drama kehidupan” manusia. Sesuatu yang menyentuh sifat asasi manusia. Bila melirik sejarah, pada mulanya, sebagian besar Teater Tradisional di Indonesia, merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan atau upacara adat. Pada upacara tersebut, dapat kita temukan apa yang kita namakan “peristiwa teater” sebagai pendukung upacara.

Bentuk wujudnya merupakan unsur-unsur teater, apakah itu berupa : gerak-gerak pendukung ataupun berupa “paduan suara” persembahan, “doa” ataupun “mantra-mantra”, tetapi menyatu dengan upacara yang sedang berlangsung. Kemudian pada perkembangannya, teater tidak hanya sebagai bentuk katarsis, melainkan juga sebagai industri kreatif yang menghibur.

Dalam kurikulum pendidikan nasional, kita jumpai kurikulum seni drama/teater. Hanya saja, kurikulum atau pendidikan tersebut bersifat teori tanpa praktek. Kalaupun ada praktek, bersifat asal jadi saja. Ini dikarenakan kualitas guru yang tidak kapabel dalam mengajar teater. Keluhan ini banyak didapatkan di hampir semua sekolah. Guru-guru kesenian dengan terpaksa harus mengajar teater, sebuah ilmu yang tidak mereka kuasai.

Pendidikan dengan pola SANGGAR/ESKUL, adalah pilihan yang tepat untuk siswa agar mendapatkan ilmu teater secara komprehensif. Pola praktek langsung di lapangan disertai teori yang disampaikan secara bertahap. Sistem Sanggar/Eskul ini sangat efektif untuk belajar teater sekaligus juga budi pekerti dan kehidupan.

Urgensi Pendidikan Film

Pendidikan film adalah sarana yang ampuh untuk dapat membantu pelajar memahami hubungan dunia mereka dan dunia lain: nyata dan khayalan. Mendorong kaum muda untuk belajar menonton dan menjadi konsumen kritis dari apa yang mereka lihat: sebuah kemampuan menghargai dan menganalisa film adalah peningkatan kemampuan yang semakin penting di abad 21 ini. Sama pentingnya seperti belajar baca tulis di abad-abad sebelumnya. Sudah seharusnya kita juga membantu anak-anak dan kaum muda menggunakan, menikmati, dan memahami gambar bergerak (film).

Film sendiri mempunyai elemen yang sangat banyak. Bukan hanya menyangkut Gambar dan Suara (Visual & Audio), tetapi juga menyangkut drama, sastra (skenario), teknologi tinggi (high-end Tech) , manajemen, kreatifitas, kerjasama, dan aspek lainnya. Bukan hanya urusan teknis, tetapi juga budaya.

Pendidikan film mendorong pembelajaran, pemahaman kritis, perdebatan, dan percakapan tentang film di berbagai isu, dan memberikan anak-anak muda kendaraan kreativitas mereka sendiri.

Kesadaran seperti ini mulai tumbuh di negara-negara maju. Mereka lalu memasukkan kurikulum film di sekolah dan kampus. Juga di berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Meskipun gerakan ini belum meluas dan merata. Apalagi di negeri kita yang kebijakan pendidikan film dan aktivitas film masih sangat rendah. Belum mendapat apresiasi yang layak sebagai produk seni budaya. Tetapi itu bukanlah alasan untuk tidak memulainya sejak saat ini.

Selanjutnya akan kita kupas satu persatu tentang Film Education.

Selasa, 12 Januari 2010

Membuat Percetakan Sendiri

Loe = Anda, mungkin pernah ingin membuat undangan pernikahan, undangan acara kantor/sekolah, kalender, atau apa saja yang berbau cetak mencetak, tercetus di benak Anda adalah mencari percetakan yang dekat atau yang murah menurut Anda. Entah karena sudah langganan atau masih ada hubungan dekat dengan Anda.

Tetapi, yang harus Anda ketahui adalah kebanyakan jasa percetakan mengorder pekerjaan kepada orang lain.

Loh kok bisa?

Iyalah. Karena urusan cetak mencetak bukanlah perkara satu hal saja. Tetapi ada banyak unsur bisnis lain yang teriibat di dalamnya.

Apa saja itu?

Antara lain, toko kertas, pembuatan print film, jasa setting dan design, order cetak, dan finishing.

aku main nggak ngerti deh? tolong jelasin rinci proses pengerjaannya.

Oke deh. Proses pengerjaan cetak mencetak dimulai dari menetukan apa yang mau dicetak. Contoh: saat kita hendak mencetak kalender, kita akan menentukan:
1. Ukuran.
2. Bahan kertas yang akan digunakan.
3. Design
4. Print Film
5. Toko mesin cetak
6. Toko Finishing.

Ini adalah pengetahuan dasar sebelum Anda memualai membuat percetakan sendiri, atau mulai mengerjakan sendiri kebutuhan cetakan Anda, atau bisa menjadi pengetahuan saat Anda mengorder cetakan Anda kepada jasa percetakan.

Pada artikel lain, kami akan menjelaskan bagaimana rinci dari menentukan berbagai hal - tetek bengek semua hal tentang percetakan.

Jumat, 08 Januari 2010

PALOGADA!!!

aPA yang LOe mau GuA aDA

LOE = ANDA
GUA = AKU

"Eh Coy, Loe tau nggak bikin web?"
"Emang kenapa, Coy?"
"Gini Coy..... Gue sih bisa dikit-dikit, tapi kalo lama2 pusing juga gue ama script2.... lagian waktu gue nih. Gue masih sibuk yang lain. Loe bisa nggak?"
"Bisa apa?"
"Yah, bantuin gua lah."
"Gua sih kagak bisa yang gitu-gituan. Tapi temen gue ada tuh. Ntar gue tanyain dulu."
"Iye deh. Buruan yah?"

-----------

"Bro. Gua mau cetak undangan nih."
"Siapa yang mau kawin?"
"Gua lah. Emang siapa lagi."
"Wah, selamat deh, Bro. Nggak nyangka akhirnya...."
"Udah deh, jangan banyak komen. Loe tau tempat cetak undangan? Yang murah meriah gitu."
"Ada sih yang gue kenal, tapi nggak tahu deh masih di situ tempatnya atau udah pindah."
"Loe tolong cari tahu deh..."
"Yoi deh, Bro. Sip."
"Trus kalau udah dapat, untuk dokumentasi foto ama video nih. ada yang loe tau juga?"
"Banyak banget sih permintaan loe! Yang satu aja belum kelar udah minta yang lain."
"Yah, kan sekalian jalan, Bro."
"Loe cari aja deh di Google."
"Yah, Bro. Udah sih gua cari, tapi jauh semua lokasinya."
"Hmmm...bingung dah gua."

------------------------

Loe sering kan dapat kejadian yang mirip-mirip seperti ini? So pasti itu.
"Nggak juga ah."
"Ngaku aja deh..."
"Hmmm..."
"Paling nggak kalo bukan elo yah siapa gitu, sodara apa teman, tetangga, temannya teman, tetangganya tetangga, siapa aja."
"Iya juga sih."
"Tuh kan."

Ketidaktersediaan waktu dan ketidaktahuan tentang sesuatu hal adalah perkara yang menyebalkan. Tentu saja Anda tidak ingin hal seperti ini selalu terulang dan terulang kembali.
Nah, untuk itulah Gue (Kami) hadir untuk mengatasi kesulitan dan perkara tersebut.

Di blog ini, kami akan menginformasikan apa saja yang Anda inginkan. Karena Apa yang Loe mau Gua aDa. he he he.